Home » » Industri Musik di Era Digital

Industri Musik di Era Digital

Chord Digital, musik digital banner
Chord Digital. Teknologi digital telah mengubah peta dunia musik, termasuk di Indonesia. Internet dan teknologi digital seperti pisau bermata dua yang selain memberikan dampak positif bagi musik, juga memberi dampak kurang menguntungkan. "Karenanya, kita harus memiliki pendekatan berbeda. Tidak bisa lagi memakai pendekatan industri musik masa lalu," kata Robin Malau, pendiri dan pemilik Musikator, distributor musik digital terbesar di Indonesia.

Keuntungan pertama yang kita (dunia musik) peroleh dari era digital adalah akses yang jauh lebih luas pada referensi musik. Pada era 1990-an ke bawah, akses pada referensi musik sangat terbatas. Orang hanya mendapatkan musik dari sumber utama seperti televisi, radio, toko musik. Sedangkan pada era 2000-an, orang bisa mengakses musik apapun, yang teraneh sekalipun, di sudut dunia yang terjauh sekalipun. Hal ini membuat para musisi memiliki referensi yang kaya dan luas.

Akibatnya, muncul banyak musisi baru yang memiliki kekayaan bunyi. Mereka mengeksplorasi banyak alat musik dan memiliki karya-karya yang tidak biasa. Anak-anak muda yang jenius di bidang musik ini tidak lagi mengekor pada senior-senior mereka. Mereka dapat menciptakan nuansa baru dalam bermusik.

Teknologi digital juga membuat mereka lebih mudah merekam musik yang mereka buat. Perekaman menjadi jauh lebih sederhana dan murah. Ini membuat siapa pun bisa membuat rekaman atau demo karya mereka. Bahkan mereka bisa melakukannya di rumah sendiri.

Dengan teknologi digital pula karya-karya itu lebih mudah untuk disebar ke seluruh dunia. Situs-situs seperti MySpace pernah populer untuk mempublikasikan karya musisi muda ini. Lalu muncul Youtube dan lain sebagainya.

Akibat manis lainnya adalah kemunculan perusahaan label rekaman alternatif, bukan major label. Merekalah yang kemudian memproduksi atau mendistribusikan karya-karya alternatif (dulu dibilang independent atau indie). Kemunculan mereka mendobrak dinding tebal yang selama ini menghalangi musisi dengan konsep berbeda untuk berkarya.

Namun di sisi lain, teknologi digital juga membawa dampak buruk. Mudahnya penyalinan file membuat lagu atau karya musik bisa berpindah tangan dan digandakan dengan begitu cepat dan masif. Akibatnya, karya musik tidak terlindungi. Pembajakan merajalela, copyright sudah di bibir jurang. Orang tidak lagi membeli CD, sejumlah toko musik tutup, musisi tidak lagi mendapat royalti dari lagu yang diputar penggemarnya.

Cara apa pun yang telah dilakukan untuk mencegah pembajakan sampai saat ini membentur dinding besar. Robin Malau yang dulu anggota band Puppen, menganggap pembajakan tidak dapat dicegah. "Yang bisa kita lakukan saat ini adalah memberi alternatif lain," kata Robin.

Bagi Robin, mengunduh lagu (meski berbayar) tidak akan bisa membuat pembajakan berhenti, karena lagu yang sudah diunduh akan bisa disebarkan kembali. Ia menawarkan sistem pemutaran digital, streaming. Akan banyak situs yang menawarkan pendengar hak untuk mendengarkan ribuan lagu dengan biaya murah. Dengan makin canggihnya koneksi internet, streaming bukan lagi masalah.

Di sisi lain, ada juga masalah publikasi. Benar, internet telah memudahkan seorang musisi untuk mempublikasikan karyanya. Tapi, kemudahan itu juga memancing semua orang--baik yang memiliki karya bagus atau tidak--untuk menyebar karya mereka di Internet. Akibatnya, ada begitu banyak karya di Internet hingga kerap karya-karya yang baik terkubur oleh karya lainnya. Perlu strategi agar sebuah karya bisa dikenal.

Masalah publikasi dan copyright karya musik di era digital ini akan dibahas dalam diskusi bersama Robin dan Hang Dimas, seorang pegiat industri musik, dalam acara Ngobrol @tempo.co. Diskusi ini digelar di Birdcage Cafe, Jakarta, pada Rabu, 25 Februari 2015. Selain diskusi, acara ini juga diramaikan oleh penampilan dari Bonita and the Hus Band.


Sumber :
http://seleb.tempo.co/read/news/2015/02/24/112645006/Industri-Musik-di-Era-Digital

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan takut untuk meninggalkan komentar anda, blog ini akan berkembang dengan komentar-komentar anda yang positif dan tanpa spam maupun link aktif.
Mohon maaf apabila terjadi keterlambatan balasan komentar.

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS